Minggu, 23 November 2014
Flash Fiction (Seandainya....)
oleh : Lina Herlina
Saura sedang mengerjakan tugas pelajaran agama. Saura membuka-buka buku paketnya. “Aah... susahnya,” keluh Saura sambil melempar pensilnya. “Huuh.” Saura menutup wajah dengan kedua tangannya. “Seandainya saja, Umi ada, pasti akan membantu mengerjakan PR” gumamnya sambil menatap foto di depannya.Ketika melihat jam dinding yang berada di samping foto, Saura kaget. Ups! Gawat nih.
Saura berlari kekamar. Ufaira,adiknya, masih tidur. Saura menggoyang-goyangkan badannya. “Bangun Dek, ayo, sudah sore, saatnya mengaji.”
“Masih ngantuk Kak,” jawab Ufaira.
“Ayolah Dek, cepet bangun nanti dilaporin sama Abi loh.”
Ufaira belum juga bergerak. Saura gemas. Jarum jam terasa cepat bergerak. “Ah,seandainya Umi ada, tidak perlu membangunkan Ufaira nih. Susahnya bangunin Ufaira,”keluh Saura
Saura kembali menggoyang-goyangkan badan Ufaira. “Dek, ayo nanti Umi sedih kalau tahu kita malas pergi mengaji,” katanya.
Mendengar kata ‘Umi sedih’, Ufaira terperanjat.
“Ufaira tidak mau membuat Umi sedih, Ufaira mau mengaji setiap hari seperti Umi,” kataUfaira sambil berjalan sempoyongan ke kamar mandi.
“Dek, cepetan mandinya. Ayo, ayo... Nih handuknya ya, dan ini bajunya, Kakak simpan di kursiya,” kata Saura dengan tergesa-gesa.
Saura berlari mengambil syamil Quran miliknya dan iqra milik adiknya. Kemudian dimasukkan ke dalam tas dan segera menggendong tasnya.Saura menjatuhkan badan di sofa dan mengatur nafas. Melihat adiknya belum juga terlihat, akhirnya Saura menghampiri adiknya.
“Ya… pantesan lama, kancing yang paling atas masuk ke lubang ke dua,” sahut Saura tersenyum sambil mencolek hidung adiknya.
“Sekarang sudah siap!” seru Ufaira meraih tas disampingnya,“Ayo Kak balapan,” ajak Ufaira setengah berlari.Saura tersenyum melihat Ufaira yang sudah jauh di depan.
Di jalan Saura bertemu dengan Ustadzah Istiqamah, sahabat Umi yang wajahnya mirip dengan Umi. Saura mengucap salam dan mencium tangannya, tidak ketinggalan Ufaira juga mengulurkan tangannya lalu menciumnya. Ustadzah memeluk Saura dan Ufaira. “Semoga kalian semangat terus ya mengajinya,” ungkap Ustadzah
“Insyaallah Ustadzah,Assalamualaikum,” jawab Saura dan Ufaira bersamaan. Ustadzah Istiqamah menjawab salam, lalu melambaikan tangan. Saura sesaat terdiam, matanya berkaca-kaca menatap kepergian Ustadzah.Tangan kanan Ufaira menarik-narik baju Saura.
Jalan berjarak100 meter menuju mesjid kembali ditapaki. Sepanjang jalan alunan ayat Al-qur’an yang indah, terngiang-ngiang di telinga Saura. Suara seseorang yang selalu menjadi penyemangat untuk mengaji setiaphari.
“Ayo, mengaji setiap hari,”Umi bernyanyi sambil memeluk Saura. Saura sangat senang mengajinya dimulai dengan bernyanyi bersama Umi. Umi pintar merayu.Walaupun Saura sedangbermain, Saura langsung masuk rumah kalau waktunya mengaji.
“Kak, sudah sampai, yuk masuk,” kata-kata Ufaira mengejutkannya.
Saura segera menghapus air mata, yang terasa hangat di pipinya. Saura rindu mendiang Uminya.***
cerita ini diikutsertakan dalam lomba FF Paberland bekerjasama dengan Syamil Quran
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar