Senin, 21 Maret 2016

Menuju Khusnul Khotimah Menjelang Detik-Detik 8 Hari Sebuah Kematian.




         
  Akan tiba masa tak ada suara dari mulut kita....
Berkata tangan kita, apa yang dilakukannya...
Berkata kaki kita......

Mengingat dan menyanyikan lagu itu, membuat merinding...bahwasanya di dunia ini, ketika kaki kita masih bisa digunakan, tangan dan kaki kita harus benar-benar digunakan sebaik-baiknya. Untuk hal baik, untuk kebaikan, terlebih ketika usia kita hanya sebentar lagi, tinggal 8 hari lagi!
***
Aku masih ingat sebuah kejadian yang membuat sadar bahwa aku akan mati hari itu, ketika hujan deras, ketika langit sudah gelap gulita. Malam yang mencekam, malam yang sangat dingin.
Jam  9 malam. Tiba-tiba tubuhku menggigil, dada terasa sesak. Degup jantung berdetak lebih cepat dan kaki lemas. Rasanya ingin ambruk, jatuh ke lantai. Serasa berat untuk melangkah. Adonan gorengan peyek kubiarkan begitu saja. Awalnya kupaksakan untuk meneruskan menggoreng, teringat kalau adonan yang telah dibuat dan dibiarkan hasilnya akan rusak, gorengan akan keras dan menghitam.
Namun akhirnya kuputuskan untuk tidur. Astaghfirulloh..! Saya ingat kalau belum solat. Kulangkahkan kaki ke kamar mandi lalu mengambil wudu. Kurasakan badan semakin menggigil. Aneh! Suara hatiku. Duuh, apa yang terjadi? Kenapa ini? Kenapa tiba-tiba menggigil?
Segera aku menggunakan mukena. Memulai solat dengan badan menggigil, kepala pusing, dada sesak dan jantung berdebar, membuat konsentrasi buyar. Ya Allah, apakah aku akan mati? Duuh, bagaimana kalau iya. Di luar hujan deras, malam gelap menjadi mencekam. Terbayang mayat-mayat kedinginan di dalam kubur. Terlintas sebuah buku, tahapan-tahapan orang yang akan meninggal.
Kumulai solat dengan perasaan takut, bingung, berulang kuucap taawudz, mencoba untuk konsentrasi. Aku ingin jika solatku ini yang terakhir menjadi solat yang diterima oleh Allah. Selesai solat aku mengambil al-quran, namun aku kembali ke kamar mandi, aku ambil air wudu, aku berusaha wudu dengan sebaik-baiknya. Aku takut jika itu wudu yang terakhir, dan aku berharap kalau nyawa telah berpisah dengan jasad, saat itu aku dalam keadaan wudu.
Dengan sekuat tenaga aku membaca al-quran. Aku  berharap diberi ketenangan, tapi kepalaku... kepalaku... SYUUUUT! Kurasakan kepala mengecil, pusing. Aku hanya mampu membaca beberapa ayat. Tubuhku semakin menggigil, kakiku semakin lemas untuk digerakkan. Dan ketakutan meradang membuat dadaku semakin sesak.
Apakah seperti ini nyawa dicabut? Apakah dari kaki dulu, atau... ah rasanya badan serasa melayang. Ketakutan semakin menjalar di tubuhku. Bayangan malaikat-malaikat pencabut nyawa melintas. Arti surat an-naziat terbayang, malaikat ada yang mencabut nyawa dengan perlahan ada yang kasar... Innalillahi, astaghfirullah.... terus aku mengucap dzikir dan membaca solawat dan shahadat.
Sementara, di luar kamar terdengar suara anak-anak sedang tertawa bersama suami. Duuh, kalau aku meninggal, bagamana dengan akan-anak. Bagaimana... bagaimana? Aku teriak-teriak memanggil suamiku dengan suara yang keras, namun nyatanya terdengar begitu lemah. Suami sedang asyik bermain dengan anak.
Lagi-lagi aku berdoa, aku ingin kembali kepada-Nya dalam keadaan husnul khotimah. Kubaringkan badan sambil terus berdoa. Tapi ketakutan juga begitu kerasnya menghantui pikiran, aku lawan dengan membaca syahadat.  Tiba-tiba seperti ada yang berbisik, “Ah, ini mungkin karena tadi sore minum kopi, bukannya kamu nggak terbiasa minum kopi.” Bisikan itu sedikit menenangkanku. “Tapi bagaimana kalau memang sebentar lagi saatnya kematianku?” Aku terus berdzikir, sibuk berdzikir sampai tidak ingat lagi kaliamat terakhir apa yang dibaca.
***
Jam 3 Dini Hari. Aku terbangun oleh sebuah genggaman tangan, lalu sentuhan tangan di kening. Oh, itu rupanya suamiku.
Aku terkejut, lalu mengucap syukur, “Ya Allah aku masih hidup,” lalu aku membaca doa bangun tidur, mengucap syukur bahwa Allah telah membangunkanku setelah aku mati (tidur).
Kejadian itu, menyisakan bekas. Seandainya aku tahu 8 hari menuju kematian. banyak yang harus aku lakukan. Selain selalu semangat menjalani hari seperti biasa, seperti akan berusia 100 tahun lagi. Dalam waktu 8 hari menuju kematian, berusaha mendapatkan khusnul khotima dengan melakukan banyak hal:
1.     Selalu ingat!  Untuk memulai segala sesuatu dengan mengucap “Bismillah” supaya mendapatkan keberkahan.
2.      Senantiasa solat tepat waktu.
3.      Menjaga solat sunat, sementara yang biasa kulakukan solat lail dan dhuha, kini harus ditambah dengan solat taubat. Taubat akan kesalahan bahkan taubat akan kebodohan dan ketidaktauan kesalahanku apa.
4.      Menjaga saum sunat.
5.      Menjaga wudhu.
6.      Senantiasa istiqamah bersodaqoh, dari hal kecil seperti  4 S :  Senyum, Salam, Sapa dan Santun terhadap sesama.
7.      Memberi contoh baik dan mengingatkan kebutuhan rohani kepada anak-anak terutama solat, hingga anak-anak menjadi manusia soleh solehah yang senantiasa mendoakanku.
8.      Meluangkan waktu untuk selalu membaca al-quran, membaca artinya dan sebisa mungkin mengamalkannya. Selalu semangat, mengajarkan membaca al-quran kepada ibu-ibu pengajian. Nabi saw bersabda “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)
9.      Senantiasa berdzikir setiap waktu.
10.  Melakukan semua kebaikan dengan hanya berharap keridhaan Allah SWT, semata. “Hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS. Al-Maidah: 23)
11.  Menyelesaikan hutang piutang, baik terhadap diri sendiri misalkan ada utang membayar puasa wajib. Dan membayar hutang kepada orang lain.
12.  Meminta maaf kepada orang-orang terdekat, keluarga dan tetangga. Juga teman-teman di dunia maya. “Please forgive me..” juga menuliskan sebuah surat, yang dalanya berisi permohonan maaf baik yang disengaja atau tidak, kepada siapapun yang mengenal aku. Dan hai itu secara tidak langsung sudah kutulis detik ini juga.
“Ibu, Apa, Ayah,Teteh, adek, kakak, emak, nini....dan teman semua, seandainya aku meninggal nanti, maafkanlah aku, islahkan permasalahan yang pernah ada.”
13.  Selalu berdoa “Ya Allah jadikanlah aku golongn orang-orang yang beruntung, yang mati dalam keadaan khusnul khotimah,” Aamiin.....
Lewat kejadian malam itu, Aku sangat berterimakasih ya Allah, Kau mengingatakanku, bahwasanya mati itu adalah pasti, dan masih banyak bekal yang harus kusiapkan jika menghadap-Mu, kapanpun dimanapun aku harus siap, semoga dalam keadaan khusnul khotimah. Anggaplah 8 hari kedepan aku akan menghadapMu, izinkanlah aku melakukan segala yang terbaik itu, hingga aku bisa mendapatkan ridha-Mu. Dan seandainya aku masih hidup setelah hari kedelapan, ingatkanlah lagi aku bahwa umurku hanya tersisa 8 hari lagi.
.


8 komentar:

  1. alhamdulilah bgd ya mbk, masih diberikan umur panjang sm Allah swt.
    beberapa point di daftar yg mbk tulis itu, kdg2, aku maish luput ngelakuinnya. mulai berbenah nih. kudu. umur gk ad ayg tau kn, cm Allah. Makasih sdh mengingatkan ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, alhamdulillah....
      Sama-sama, semoga kita termasuk orang yang beruntung ya..:)
      Makasih dah meninggalkan jejak :)

      Hapus
  2. aamiin aamiin aamiin semoga qt khusnul khotimah ya mba. trimakasih sdh berpartisipasi :)

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah.. dari kejadian dalam hidup terkadang memang banyak memberi sejuta hikmah
    Semoga khusnul khatimah mbak, amin..
    sukses utk GA nya mbak ^_^

    BalasHapus
  4. aamiin untuk doa yg terselip di dalam judulnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...
      Terimakasih mbak, semoga kita semua khusnulkhotimah, makasih dah meninggalkan jejak mbak :)

      Hapus