Jadi pengen nulis ini, gara-gara Rofi, anak keduaku ngigaau “Aro aitalladzi yukadz dzibu biddiin, fadzaalikalladzii ya du ‘ul yatiim.. eh salah.”
Dari luar
kamar aku senyum-senyum sendiri. Hehe...Ada-ada aja Rofi.
Tapi
ada perasaan senang juga, bukannya berarti alam bawah sadarnya sedang penuh
dengan ayat al quran? Mungkin ya.
Setiap
orang tua muslim pastinya senang anaknya suka membaca apalagi menghafal
al-quran. Merupakan cita-cita yang besar ingin menjadi seorang hafidz dan
hafidzah. Karena ternyata itu tidaklah mudah. Perlu kemampuan keras dan istiqamah.
Beberapa
kali, terpikir ingin menyekolahkan Rofi kesekolah IT karena ada program haflan
Al-quran, tapi ternyata biaya untuk masuk ke sana tidaklah sedikit. Beruntung
sekali anaknya suka menghafal. Hal ini terlihat ketika kakaknya di masukkan
kesebuah sekolah tahfiz. Ada metode mudah menghafal disana. Ketika diperaktekan
untuk Rofi yang waktu itu masih TK besar, ternyata dia tertarik, malahan sang
kakak yang ada jadwal sekolah tahfiz kemampuannya bisa tersusul.
Itu
cerita waktu masih di Bandung. Sekarang, setelah pindah tempat tinggal ke
kampung, sulit mencari tempat kursus, atau pengajian yang menghususkan hafalan,
sehingga aku mencari cara bagaimana supaya anak-anak teruama Rofi tetap
bersemangat menghafal al-quran.
Mengajak temannya untuk sama-sama
menghafal
Tetap
saja, jika banyak teman menghafal, anak akan lebih semangat karena satu sama
lain saling memotivasi. Makanya, aku mengajak anak-anak tetangga untuk
samaa-sama menghafal al-quran di rumah. selama bulan ramadhan, hampir setip
hari anak-anak berkumpul untuk menghafal al quran. Alhamdulillah anak-anak aku
termotivasi untuk lebih banyak hafalannya dibanding teman-temannya. Dari
sanalah teman-temannya tahu kalau kedua anakku katanya “Banyak hafalan al
qurannya.” Nah, cerita ini sampai ke telinga bu guru di sekolah.
Ketika
di sekolah ada lomba PAI (Pendidikan
Agama Islam) antar sekolah se kecamatan, Rofi kls 1 dan kakaknya kls 4 menjadi perwakilan
sekolah untuk mengikuti lomba tahfiz. Hasilnya? Dua-duanya kalah. Hehe... tapi
setidaknya mereka bangga bisa menjadi perwakilan sekolah. Kalau kata gurunya,
“kalau kelas 1 baru ikut-ikutan aja, uji nyali hehe,” . Dan emaknya dapet ide
cerita tentang lomba tahfiz, lalu dimuat di media anak hehe...
Tahun
kemarin, Rofi ikutan lagi lomba tahfiz...tapi masih kalah, kata gurunya
nilai Rofi, urutan ke 7. Ya Alhamdulillah, segitu juga hasil kerja kerasnya di
rumah. Di sekolah sendiri, karena sekolah umum jadi hafalan suratnya sedikit,
masih surat-surat pendek, sementara untuk lomba ini, anak dituntut minimal
hafal juz 30. Walau tidak juara, dapat uang jajan 20 ribu rupiah. Senangnya
bukan main.
Menghafal ditemani orang tuanya
Selesai
ramadhan, entah kenapa anak-anak yang belajar hafalan menjadi menghilang. Bisa
jadi karena aku sendiri mudik kelamaan, atau sering bebepergian hehe... yang
jelas menghafal bersama anak-anak tetangga tidak jalan. Akhirnya diputuskan
untuk menghafal di rumah bersama-sama, sekeluarga.
Papan
tulis di rumah yang besar itu akhirnya digunakan lagi. Ditulislah ayat al-quran
yang akan dihafal. Berharap setiap hari terlihat disana.
Selain
itu setiap hari ada saatnya murotal didengarkan. Termasuk murotal dari suara
aku sendiri hehe... lah ternyata pengalaman aku, biar anak cepet nambah
hafalannya, aku sendiri yang harus sudah duluan hafal.
Misalnya
saya ketika sedang masak, murojaah surat An-Naba, nah disana ada Rofi, aku
tepuk tangannya “yuk lanjut ayatnya..” awalnya dia kaget, lama-lama setiap aku
murojaah dia suka ikut meneruskan, atau menyimak kalau-kalau aku salah ayat.
Haha...memang sering juga salah dan dibetulkan Rofi. Tapi kadang sengaja saya
loncat ayatnya, membiarkan Rofi membetulkan. Kalau sudah begitu saya tahu kalau
dia sudah hafal.
Kadang
kalau aku dan Rofi sama-sama mandeg, langsung lihat al-quran untuk memperbaiki,
atau melihat papan jika masih tertulis disana, kalau dua-duanya juga tidak, diwaktu magrib selepas solat berjama’ah baru dilihat.
Rajin
muroja’ah membawa berkah. Suatu hari Rofi pulang membawa amplop. Katanya sih
dari guru agama. Rofi berjingkrak mengibas-ngibaskan uang 15 ribu rupiah.
“Uang
dari mana itu?”tanyaku.
“Hehe...kata
bu guru, ini dari Pak Dadang, guru agama, ini untuk anak yang hafal surat
al-insyirah, waktu kemarin kan cuma kakak aja yang hafal tanpa dikasih tahu,
bunda”ungkap Rofi.
Aku
mendekati Rofi dan memeluknya, Alhamdulillah semoga berkah Nak.
Muroja’ah di Mesjid
Menemani
Rofi menghafal al-quran tidak selamanya mulus-mulus saja, ada kalanya akunya yang
males, atau Rofinya yang males hehe... namun setelah ada pengajian di mesjid,
khusus hafalan al-quran, Rofi semangat lagi.
Tertantang
ingin mengalahkan teman-temnnya di mesjid. Ada 8 orang yang ikut kegiatan itu.
Kebanyakan mereka anak-anak kls 5-6 dan smp. Sementara Rofi sendiri baru kelas
3.
Suatu
hari dia mengeluh tidak kebagian giliran untuk murojaah sendiri, atau dites
sebelum pulang. “Mentang-mentang masih kelas kecil, tidak dianggap, padahalkan
sudah hafal.” So aku kasih semangat buat menghafal di rumah, juga mengajaknya
berlomba. “Kalau Rofi duluan hafal dibanding bunda, Rofi dapat kejutan.” Rofi
mengangguk, “yuk ah semangat, biar nanti ketemu pak Ustadz langsung angkat
tangan buat murojaah duluan.” Dan Rofi? Tersenyum senang.
Jadi
di rumah, setiap melihat juz amma langsung di baca dan dihafal. Ada untungnya
buku juz ama berserakan karena di acak-acak adiknya Rofi, kan ujung-ujungnya
diambil Rofi dan dibaca, haha...
Itu
hanyalah kisahku mengajak anak untuk mau membaca dan menghafal al-quran. Kesimpulan
yang aku dapat, bahwa aku sendiri harus ikut menghafal, rajin-rajin murojaah
didepan anak-anak, dan satu hal yang menyenangkan tebak-tebakan sambung ayat
sebelum tidur. Ada juga yang menarik, si
kecil Rakey yang baru 3 tahun juga ikut-ikutan murojaah, doakan aku istiqamah
ya...
Aku
berharap tulisan ini bermanfaat dan menjadi tempat aku menambah ilmu juga dari
pembaca semua. Yuk yang sudah baca, share dong pengalamnnya menemani anak
menghafal al-quran.
makasih sharingnya mak ;)
BalasHapusSama-sama, semoga bermanfaat ^_^
Hapusah roffi, salut sm semangat roffi mbk, sm dikau jg yg gk hanya semangat tp telaten jg, smoga hafalannya cpet bertambah ya roffi. amin. kalau aku baru ngenalin si ken huruf hijaiyah sih mbk, sm bacain surat2 pendek berulang2 kalau dia mau tidur. tengs sharingnya yak :)
BalasHapusHehe...alhamdulillah, terimakasih.
HapusIya, bacain surat pendek berulang, nanti cepet belajarnya, kan sudah pernah dan terus terekam :)
Salam buat Ken,semoga nanti jadi anak yang soleh y..
pingin bisa menjadi ibu yang selalu mendamping anak-anaknya belajar surat2 Allah
BalasHapusSaya juga sedang terus belajar untuk itu... harus semangat biar anak ikut semangat hehe...
Hapusalhamdulillah mba lina, memang idealnya begitu. Ibu menemani anak dan mengapal lebih dulu. sempat saya terapkan begitu ketika saya masih punya banyak waktu bersama anak. Semangat terus yaaa...
BalasHapusAamiin mudah2an bisa istiqamah....
HapusMakasih mbak...